Kec. Undaan, Kab. Kudus
Prov. Jawa Tengah
Desawatesundaan.kudus@gmail.com
Setiap malam padhang bulan jaman dulu masyarakat Desa Wates khususnya anak-anak biasa berkumpul ditempat terbuka seperti tanah lapang atau halaman rumah warga yang luas untuk bermain ‘Dolanan Jarate’. Ditentukannya waktu dolanan jarate pada malam-malam padhang bulan yaitu pada tanggal 14, 15 hingga 16 karena pada saat itu mayoritas desa di Kudus tak terkecuali Desa Wates belum teraliri jaringan listrik, tentu saja momen malam padhang bulan adalah waktu terbaik bagi anak-anak untuk berkumpul serta bermain bersama teman ditemani terangnya bulan purnama.
Jarate sendiri dimaksud adalah ajang berkumpulnya anak-anak untuk dolanan pada malam padhang bulan selepas pulang dari mengaji (sholat isya’ berjamaah) di Langgar atau Musholla. Jarate juga bisa dimaknai menikmati indahnya malam padhang bulan dengan dolanan karena malam padhang bulan adalah momentum langka yang terjadi hanya 1 hingga 4 hari dalam sebulan yaitu tanggal 14 sampai dengan 16 pada penanggalan Arab, hari-hari selain tanggal tersebut anak-anak lebih memilih bermain dirumah karena kondisi malam yang gelap gulita. Dolanan dalam Jarate beraneka ragam, seperti Jamuran, Kendilan, Ontong-ontong Bolong, Cublak-cublak suwung dan Umpet-umpetan. Jarate biasa dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan gender dalam dolanan ini, baik anak laki-laki maupun anak perempuan punya hak sama dan tidak tersekat dalam jenis kelamin apalagi strata sosial.
Yang menarik dari Jarate adalah lagu-lagu khas anak-anak, bahasa khas loghat Desa Wates yang kental selalu mengiringi dolanan ini, Sebelum permainan dimulai biasanya ada anak memanggil-manggil temannya yang masih dirumah dengan setengah berteriak untuk segera keluar bermain :
“Nelocah nelocah padhange koyok rino
Seng dolan ora ono”
Kalimat lengkapnya :
“Mrene Lho Cah-Mrene Lho cah...
Padhange Koyok rino... seng dolan ora ono”
(Mari kemari-mari kemari teman-teman, Terangnya seperti siang tapi yang bermain tidak ada)
Kemudian setelah semua anak berkumpul sembari bergandengan tangan anak-anak mulai menyanyikan lagu bersama-sama layaknya paduan suara sambil menari-nari memutar melindungi seorang anak ditengah lingkaran, lagu Lepetan :
“LEPETAN-LEPETAN isi lepet isi ketan,
Dodo-dodo mentok tali pati tibo cae,
Gemblong sak olore..
Mi..mi..dondomi klambi,
Babak mbayung leboh kangkung,
Jangan kangkung lodeh bung,
Jangan terong lodeh lompong,
Bendero-ronde onde..
Menjang temen ono joko biyak kemben
Lir kedengklek angkodem.”
Lagu lainnya yang saat ini sudah jarang atau bahkan tidak terdengar lagi adalah DEMPO SAWO LORO, lagu ini dinyanyikan sebelum anak-anak Dolanan Umpet-umpetan (Petak Umpet).
Masing-masing anak melingkar mengepalkan tangan dan ditaruh didepan. Salah satu anak memukul masing-masing tangan secara bergiliran sambil menyanyikan lagu Dempo Sawo Loro :
“DEMPO SAWO loro
Telu tiging ampat papat
Anam menedem pitu turu
Wolu metu songo lungo
Sewelas nggayung rolas lepas
Dok dingkel sobo keri nubruk ungkel”.
Tangan anak yang terakhir terpukul saat lagu berakhir akan “Dadi” atau bertugas berjaga sedangkan yang lainnya mulai ngumpet atau bersembunyi.
Ada lagu ONTHONG-ONTHONG BOLONG yang dimainkan ketika anak-anak sudah capek dolanan kejar-kejaran, dolanan yang dilakukan sambil duduk memutar dengan menumpuk tangannya yang dikepal, kemudian ada satu anak yang bernyanyi lagu Onthong-onthong Bolong :
“Onthong-Onthong Bolong
Dolelak doleti
Geni merang geni sapi
Pecaho ndokem siji”
Dilanjut lagu diuyahi :
“Uyah-uyah asem
Tak uyahi tak asemi
Dendeng walik ‘Grempyang’”
Secara sederhana Dolanan Jarate memiliki 3 (tiga) fungsi, Fungsi Rekreasi, Fungsi Edukasi, dan Fungsi Sosial :
Dolanan Jarate dapat dilihat dari berbagai Perspektif :
Nuansa tempoe doeloe dengan suara riuh riang anak-anak bermain yang menendangkan lagu-lagu dolanan khas bocah ndeso serta momen para orang tua yang berkumpul bersama tetangga “jagong-jagong ngalor ngidul” sembari mengawasi anak-anaknya dolanan Jarate kini sedang dimunculkan kembali oleh Pemerintah Desa Wates melalui kegiatan rutin FESTIVAL PADHANG BULAN.
Festival Padhang Bulan yang diagendakan setiap akhir minggu (week end) pada Bulan Purnama di tempat terbuka atau Taman Desa (Ruang Terbuka Ramah Anak) adalah wujud ikhtiar Pemerintah Desa dalam “menguri-uri” atau menjaga budaya dan adat istiadat masyarakat Wates. Pemerintah Desa Wates melalui Satgas Adat Desa memfasilitasi semua hal terkait pelestarian Budaya baik dolanan anak, drama serta budaya dan adat kebiasaan warga Desa Wates dalam kegiatan Festival Padhang Bulan.
Anggaran
|
Realisasi
Rp. 1,000,000 | Rp. 1,000,000 |
Anggaran
|
Realisasi
Rp. 500,000 | Rp. 500,000 |
Anggaran
|
Realisasi
Rp. 800,000 | Rp. 800,000 |
Anggaran
|
Realisasi
Rp. 1,000,000 | Rp. 1,000,000 |
Anggaran
|
Realisasi
Rp. 500,000 | Rp. 500,000 |
Kirim Komentar